Senin, 21 Maret 2011

Membedah Sumpah Dokter (Curcol)

Sebenarnya saya ingin memberi judul "Pasien Nomor 1, mahasiswa?? Nomor 100!" cuma kok kayanya terlalu frontal ya? Jadilah saya ganti dengan "Membedah Sumpah Dokter". Kenapa saya memilih judul ini? Itu lebih karena salah satu isi dari sumpah dokter adalah dokter harus senantiasa mengutamakan kesehatan penderita. Yang kalau saya terjemahkan menjadi kesehatan penderita (pasien;red.) di atas segala-galanya.
Saya ga masalah dengan statement ini sebenarnya. Karena bukankah sudah menjadi kodrat seorang dokter untuk menjaga kesehatan pasiennya? Berusaha sebaik-baiknya agar keluhan-keluhan pasiennya terobati? Saya memang ga mau menyebutkan kata-kata 'menyembuhkan' pasien, karena yang menyembuhkan itu bukan dokter, tapi Allah. Dokter itu cuma sebatas perantara saja, dengan memakai ilmu yang juga milik Allah. :)
Kembali lagi, yang saya permasalahkan adalah ketika pasien menjadi nomor 1, lalu simposium dan workshop nomor 2, keluarga nomor 3, liburan nomor 4, nah kami mahasiswa ini nomor berapa?? Sementara deadline ujian yang semakin dekat. Belum lagi, ujian-ujian yang menunggu di masa depan. Ada UKDI, OSCE Nasional. Ujian-ujian itu mau dikemanakan?? Memang saat ini jamannya KBK, dimana pusatnya bukan lagi ada pada dosen, melainkan pada mahasiswa itu sendiri. Tapi kami juga butuh dosen, kami juga butuh kuliah. Karena jujur saja, yang namanya penyakit itu banyak sekali. Kayanya mustahil menghafal boeis, ophtalmology umum vaughan, fitzpatrick, ilmu tht, ilmu mata, ilmu kulit kelamin ui, dalam kurun waktu 6 minggu! heemmm can you imagine that?? Itu semua juga belum ditambah dengan materi-materi pra klinis, yang ga bisa dikatakan sedikit juga.. -________-"
Hal tersebut ga terjadi kali ini saja. Beberapa blok kemarin juga bernasib sama. Bahkan ada yang sampai di reschedule berkali-kali, walaupun berakhir dengan tidak kuliah sama sekali.
Ya sekian  curcol dari saya. Sebelumnya saya minta maaf kalau mungkin menyinggung beberapa pihak.
Tapi saya berterima kasih si pada para klinisi yang hobi reschedule, karena kelakuan mereka membuat saya berjanji dalam hati, next ketika saya telah menjadi seorang dokter, lalu Allah berkehendak saya menjadi seorang spesialis, dan Allah juga menghendaki saya untuk mengajar, maka saya tidak akan membiarkan mahasiswa saya terkatung-katung dengan nasib yang tak jelas. Saya juga tidak akan menomor-seratuskan mereka semua. Saya hanya akan meninggalkan mereka apabila memang ada hal yang urgent, bukan untuk mengikuti simposium atau bahkan berlibur karena hari kejepit. Karena ilmu tidak hanya bisa didapat dari simposium, membaca jurnal saya rasa cukup untuk menambah ilmu.