Selasa, 29 Oktober 2019

Mengenal Lebih Dekat

Seperti biasa, kalimat pembuka dari postingan saya selalu, hei hoo sudah lama saya tidak posting. Ya memang keadaannya yang kurang memungkinkan. Terakhir posting adalah saat keluar dari Salissingan. Persembahan saya yang terakhir, at least sudah 1 tahun silam. Kalau 2-3 tahun lalu alasannya adalah ketidakadaan signal, saat ini lebih karena waktu yang kurang memungkinkan.
Sekedar info, alhamdulillah Allah memberikan saya kesempatan untuk dapat melanjutkan study. Yeaayyy! Walau peminatan yang saya ambil jauh diluar ekspektasi. Saat dulu saya berkoar-koar ingin mengambil psikiatri, sekarang jauh menyimpang. Hehehe Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk memperdalam Clinical Pathology alias Patologi Klinik. Kaget? Pasti. Kebanyakan teman saya pun begitu. Tapi mau bagaimana lagi, saat takdir berkata demikian. Tsaahhh..
Bermula dari penarikan 1 tahun silam, saat Kemenkes memberikan opsi, tubel atau lanjut NSI (Nusantara Sehat Individu) pasca NS (Nusantara Sehat). Sempat tergiur karena salah satu progrom NSI adalah NS pasca bencana, yang mana hanya ditempatkan 1 tahun, di Lombok pula. Hmmm siapa yang tidak tergiur? Tapi saat mama sudah mengultimatum, harus ingat tujuan awal, saya bisa apa. Kata mama, sekali tergiur nanti akan mudah tergiur kembali. Maka jadilah saya, memutuskan memilih tubel. Sayangnya saat sosialisasi tubel waktu itu, kemenkes mengatakan prodi yang dapat diambil hanya 4 Besar (Interna, Anak, Obsgyn, Bedah) dan 5 Penunjang (Anestesi, PK, PA, RM, Radiologi). Berhubung saya suka grogi kalau tindakan, jadi Obsgyn dan Bedah saya excluded. Interna dan Anak pun saya excluded, karena tujuan saya melanjutkan pendidikan adalah untuk mengerucutkan ilmu, bukan memperlebar dan memperdalam keilmuan. Hmmm kalau ambil 2 mayor ini, saya harus langsung lanjut lagi untuk ambil Ginjal-Hipertensi (untuk Interna) ataupun Tumbuh Kembang (untuk Anak). Waduh sepertinya tidak deh hehe. Sempat berpikir Anestesi, ini lebih alasan personal, karena kakak sepupu saya mengambil ini, biar ada tempat untuk konsul. Tapi berhubung kakak sepupu saya kurang welcome, hmmm jadi ya hanya sebatas mempertimbangkan. Kalau Radiologi rasanya tidak mungkin, karena nilai saat koass saya jelek. PA atau RM saya masih belum ada gambaran. Lalu saat bingung menentukan pilihan, saya teringat Tutor saya saat Bimbel UKDI, beliau waktu itu residen PK di UI. Dan saya pernah jaman persiapan UKDI pernah email-emailan dengan beliau. Dengan modal nekat, saya coba kirim email dan tanya-tanya seputar PK. Ternyata gayung bersambut dong. Beliau welcome banget, memberikan gambaran pada saya. Bahkan ngasih kesempatan saya buat main ke Dharmais melihat cara kerja Clinical Pathologists. Wow gimana saya nggak excited. Belum lagi pas iseng googling, nemu kisi-kisi soal ujian masuk PK UNS dari scribd. Semakin bulat lah pilihan saya.
Setelah penarikan, saya pun mencoba peruntungan. Kebetulan UNS sedang membuka pendaftaran. Sebenarnya saya hanya test drive. Jujur saya tidak yakin akan lolos. Saya bahkan sampai menulis kembali soal-soal di ujian tahap 2, untuk ujian kembali periode berikutnya. Alhamdulillah ternyata Allah berkehendak lain, ternyata saya lolos one shoot. Senang? Pasti. Tidak menyangka? Jelas. Saya dengan kemampuan ala kadarnya dikasih kesempatan seperti ini, pasti sangat terkejut. Walau sekarang ini saya berpikir, mungkin ini buah dari program NS kemarin. Sebagai orang dengan materi dan kemampuan pas-pas an, ya memang hanya bisa mengandalkan pengabdian.
Sampai akhirnya saya pun masuk ke laboratorium. Menjadi seorang Clinical Pathologists itu seperti detektif. Kita mencari tau penyakit yang diderita seseorang tanpa melihat orang tersebut. So far saya sangat menikmatinya. Walau kadang saya suka over confidence dalam mengeluarkan hasil.
Disini saya belajar, bahwa hasil yang tidak sesuai klinis itu tidak selalu karena kesalahan alat. Tapi mayoritas karena kesalahan diproses pra analitik. Entah sampel yang tidak sesuai (sampel yang tertukar) ataupun sampel yang tidak layak (ini yang paling sering).
Sebagai contoh, kita pasti pernah merasakan sulitnya ambil sampel darah. Terus karena takut kena complain tusuk berkali-kali, jadi suka coba cari-cari, arahin jarum kanan-kiri, maju-mundur, dengan tourniquet yang masih terpasang. Akibatnya stuing terlalu lama. Tau apa yang akan terjadi? Darahnya jadi beku, alias klot. Mungkin bagi klinisi (entah perawat, bidan atau dokter), memang kenapa kalau beku kan tinggal dibuang. Tau nggak salah satu yang berperan dalam pembekuan darah itu apa? Trombosit kan. Nah kalau klot macam begini, otomatis trombositnya ngumpul menjadi klot, akibatnya trombosit yang ada di darah yang tidak klot jadi berkurang. Makanya hasilnya seolah-olah rendah. Padahal ini rendah palsu. Kebayang nggak, kalau hasil rendah palsu kayak gini terus tetap dikeluarkan karena tidak mau ulang sampling? Klinisi bisa salah memberikan terapi. So jangan complain kalau diminta ulang sampling.
Selain itu stuing yang lama juga bisa menyebabkan sampel lisis. Pada kasus lisis, biasanya yang akan sangat berpengaruh adalah nilai kalium. Kalium ini bisa meningkat palsu. Makanya hati-hati kalau sampel lisis.
Ada juga istilah clumping atau bekuan mikroskopis. Clumping itu arti sebenarnya adalah bergerombol. Biasanya yang akan bergerombol itu adalah trombosit. Impact nya kalau clumping ya nilai trombosit jadi rendah palsu gitu karena bergerombol, sedangkan alat mendeteksinya cuma satu. Biasanya clumping ini terjadi kalau jumlah sampel dengan pengencernya tidak sesuai sih. Misalnya EDTA (tabung ungu) 1cc dimasukin darah 2cc atau sampai penuh, ini sering sekali terjadi. Atau memang kondisi darahnya yang EDTA dependent alias tidak mempan dengan EDTA. Kalau sudah begini ya memang harus menggunakan antikoagulan lain seperti sitras (tabung biru) ataupun heparin (tabung hijau).
Sebenarnya masih banyak lagi hal-hal yang membuat sampel tidak layak running. Dan kesalahan tersebut bukan karena bagian laboratorium, tapi karena petugas yang ada di Ruangan. Tapi mereka malah menyalahkan bagian laboratorium. Hmmm 😩
Sekedar info 80% penyebab hasil yang keliru adalah kesalahan pada proses pra analitik. Yang mana batasan dari proses pra analitik adalah proses dari sebelum sampling sampai sesaat sebelum sampel di running. So petugas yang ada di ruangan mohon kooperatif lah.