Sayangnya saat ini saya mulai merasa jenuh dengan kata sendiri. Mungkin karena saya baru berkenalan dengan sahabat sejati sendiri, sepi dan hampa. Atau mungkin karena saya baru menyadari fitrah manusia yang sebagai mahluk sosial sehingga butuh berinteraksi dengan mahluk lain. Ah entah. Tapi terlepas dari alasan mana yang mendasari perkenalan saya dengan sepi dan hampa, saya hanya menyadari bahwa, sang waktu yang begitu longgar terhadap saya, tugas yang tak lagi mencekik leher saya memiliki andil yang cukup besar untuk mengenalkan saya dengan sepi dan hampa.
Ya, blok kali ini memang tidak begitu padat. Ah bukan, bukan tidak begitu padat. Tapi lebih tepatnya longgar, sangat teramat longgar. Terlalu banyak memberikan saya ruang untuk bernafas. Membuat saya tak lagi dikejar-kejar deadline tugas. Rasanya seperti burung yang keluar dari sangkar. Atau monyet yang lepas dari belenggu kerangkeng. Namun, ternyata sangkar dan kerangkeng itu teman. Sangkar dan kerangkeng itu membuat saya mengindahkan sepi dan hampa. Karena mereka membuat saya berkonsentrasi untuk melepaskan diri. Sehingga begitu menyukai kesendirian. Heeem bukan menyukai kesendirian, tapi menikmati kesendirian. Bukankah dengan sendiri kita menjadi lebih mudah untuk melepaskan diri?
Tapi sayangnya ketika saya tak lagi terjebak di dalam sangkar ataupun terbelenggu oleh kerangkeng, saya menjadi kurang menikmati kesendirian. Karena kesendirian yang mengenalkan saya pada sepi dan hampa (lagi). Irikah saya dengan sepi dan hampa yang merebut kenikmatan kesendirian dari saya? Atau balas dendam kah sendiri pada saya karena saya yang begitu menikmati sangkar dan kerangkeng? Ah entah. Kembali kata itu yang terlintas. Seolah melegalkan penyataan tentang,
Selalu ada tanya dalam jawab, tanpa ada jawab dalam tanya ..*) Ini memang ga jelas. Dan ga akan pernah jelas. Ini hanya sebatas keisengan malam minggu yang berasal dari hati. Dari pojok kamar berdebu, sembari melihat MU..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar