Senin, 16 April 2012

Mahluk Sederhana Itu Pria

Ceritanya gue lagi liat acara uya kuya. Itu lho yang dihipnotis terus jadi curcol. :p

Seperti biasa 'korban' nya adalah pasangan. Tepatnya sih pasangan yang masih dalam tahap pacaran. Disini yang ngotot mau dihipnotis tuh si-perempuannya, laki-lakinya sih ogah. Cuma yaa hasil rengekan si-pere dan bujuk rayu si-uya, akhirnya mau juga. Berhubung si-pere yang mau, ya si-pere duluan deh yang dihipnotis.

Seperti biasa lagi nih, si-pere merasa kalau pacarnya ini jadi 'mendingin'. Udah ngga peduli lagi. And bla bla bla (tau sendiri lah yaa, alasan-alasan standar). Tapi si-pere nya ini juga bilang, kalau pacarnya tuh berubah sejak tau dia pernah selingkuh. Mereka sempet putus sih post insiden itu. Walau akhirnya balik lagi, karena si-pere bilang kalau dia mau berubah. Tapi ibarat gelas yang udah pernah pecah, hati pacarnya juga ngga bisa balik utuh kaya semula. Maka jadilah seperti sekarang ini, hubungan yang mendingin.

Tibalah saatnya si pacar yang dihipnotis. Jujur gue lumayan curiga, ini laki pasti udah punya gebetan baru. Bener aja. Pas ditanya, "Saya sudah sakit hati mas" gitu jawabannya. Terus nambahin lagi, "Saya mau balas dendam mas". "Dia udah ngancurin impian saya mas". Ternyata ini cowo tuh serius lho sama si-pere. Dan sayang banget lagi. Dia sampai masukin si-pere direncana jangka panjang. Pengen si-pere jadi ibu dari anak-anaknya. Sekedar info dia pengen punya anak 15. Terus mereka tinggal di rumah sederhana di suatu desa terpencil. Desa yang penduduknya cuma mereka berdua, biar kalau mandi berdua di sungai ngga ada yang ngintipin. Desanya juga belum ada listriknya, biar kalau malam cuma ada cahaya lilin. So sweet.. Cuma karena si-pere selengki jadi buyar deh semua impiannya.

Impian laki-laki ini bikin gue keinget sama cita-cita papa. Papa dulu pernah bilang begini ke mama, "Aku sih mendapat pencapaian seperti ini sudah alhamdulillah. Ini semua di luar ekspektasi aku." Cita-cita papa waktu muda memang simple banget. Papa pengen punya sawah, sama kolam ikan. Siang-siang di sawah, terus istrinya bawa makanan dirantang, makan bareng-bareng. Kalau mau ikan tinggal mancing. Terus juga punya ayam, ayamnya ayam kampung yang diumbar, ngga dikasih makan dedak ataupun pur. Telurnya nanti bisa dijual. Ada sapi juga, susunya dijual, kotorannya bisa jadi pupuk. Kalau sapinya udah tua, bisa dipotong buat diambil dagingnya.

Kontras banget sama mama. Mama pernah ngomong gini, "Ooo kalau aku sih ngga. Aku pengen kerja dikantoran. Dan punya rumah di Pondok Indah." Haha disini gue mikir, laki-laki itu mahluk yang sederhana. Banget. Mungkin karena mereka lebih memakai akal, jadi cenderung realistis. Makanya mikirnya pun ngga ribet, ga sekompleks kami para perempuan. Sedangkan kami, kami suka lebih memakai hati, rasa, dibanding akal. Ini yang membuat kami cenderung menjadi pemimpi. Membuat kami memiliki pemikiran yang begitu kompleks.

Dan yaa benar juga tuh judul buku karangan John Gray,
"Man are from mars, Women are from venus"
Tapi perbedaan ini, tidak dijadikan jurang, melainkan lebih sebagai jembatan. Tujuannya, agar bisa lebih saling mengisi, melengkapi. Terlalu homogen itu kan ngga enak. Monoton. Lebih baik heterogen. Penuh warna! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar