Ditengah struggling nya saya mengerjakan karya akhir, saya mengikuti debat capres kemarin. Sebagai pemilih, rasanya saya perlu untuk melihat ini. Siapa sih yang mau membeli kucing dalam karung? Dan rasanya saya tidak seapatis itu. Walau kalau lihat track record nya, udah dilihat pun si kucing akan berubah jadi tikus kala sudah terpilih nanti hehe
Sebenarnya dari awal saya bukan swing voter. Ketika nonton saya tau akan memilih siapa di 14 Februari nanti. Walau masih ada kemungkinan berubah sih, andai capres pilihan saya tidak begitu meyakinkan saat debat nanti. Ya maklum aja, saya sreg sama capres nya, tapiii agak mikir untuk wakilnya. Nah kalo ternyata saat debat performa capresnya kurang meyakinkan, besar kemungkinan saya akan mencari kandidat lain.
Pemilu kali ini lumayan plot twist, banyak surprise nya. Dan seperti ingin menggambarkan kalau ga ada yg ideal di dunia ini, pun demikian dengan kandidatnya. Kalau capresnya tampak oke, cawapresnya agak kureng. Eh giliran cawapresnya oke, capresnya yang kureng (ini opini pribadi saya ya). Sempet mikir buat golput sebenarnya, tapi pernah denger sebaiknya harus memilih, akhirnya memutuskan memilih yg paling mending aja (lagi-lagi menurut opini saya).
Saya memutuskan untuk menonton di channel Najwa Shihab, karena seru ada komentatornya. Daannn lumayan menyenangkan, di akhir penonton disuruh vote gitu suasana debatnya seperti apa, panas; hambar; basi. Saran aja mbak nana selain polling suasana debat, kayanya seru kalo ada polling man of the match didebat berikutnya. Walau lebih seru lagi kalo ada si paling blunder juga, tapiii takutnya terlalu menjatuhkan yaa, jadi better ngga usah.
Recaps dari yang saya tonton kemarin, nontonnya cukup seru sih, ada letupan-letupannya. Walau memang karena waktu yg diberikan sedikit, jadi kaya kurang dalam gitu program yang disampaikan. Kemarin lebih ke visi misi dan jawaban yang general, belum langkah konkritnya akan seperti apa. Hmmm kayanya saya harus browsing sendiri untuk ini.
Debat dibuka dengan penyampaian visi dan misi untuk tema penegakan hukum, HAM, korupsi & pelayanan publik. Hasil pengamatan saya di segmen satu, untuk Pak Anies cukup jelas, sesuai dengan tema, walau kalau saya tidak salah dengar, beliau belum menyampaikan perihal korupsi di sesi pertama. Kalimat yang paling saya ingat dari Pak Anies adalah "hukum itu tajam ke bawah, tumpul ke atas". Pak Prabowo ketika berbicara tentang penegakan hukum & HAM ada upaya pembenaran, tampak defensif, namun beliau sangat concern dipemberantasan korupsi. Kalimat yang paling saya ingat "Memberantas korupsi sampai ke akarnya", ini disampaikan sampai 2x. Kalau Pak Ganjar, di awal saya rasa out of topic, karena membahas seputar ketidakmerataan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Sedangkan temanya kan penegakan hukum yaa.. Walau di akhir beliau sedikit menyampaikan tentang pemberantasan korupsi sih. Jujur, yang menonjol lebih seperti seseorang sedang bercerita tentang pengalaman perjalanannya. Asumsi saya Pak Ganjar mungkin ingin mendapatkan kesan "bekerja untuk rakyat" atau "pemimpin yang mendengarkan rakyat". Walau jadinya agak di luar konteks untuk sesi pertama ini.
Segmen 2, sesi pertanyaan dari panelis. Sayang capres menjawab cuma 2 menit, agak kurang sih. Langkah konkritnya jadi agak kurang tergali gitu. Pertanyaan pertama ditujukan ke Pak Prabowo tentang aksi separatisme di Papua. Jujur, saya agak kepo dengan pendapat masyarakat Papua sendiri, kira-kira mana dari 3 capres ini yang jawabannya paling relevan. Saya pernah tinggal 1 tahun di Sorong, walau kalau Sorong wilayahnya cukup kondusif sih, kotanya menyenangkan dan berkesan. Saya juga suka karena masyarakat disana begitu toleran. Sorong itu kota yang penduduknya majemuk, disana banyak orang Batak, Jawa, Makassar atau Bugis, Toraja, Manado, Ambon dan Papua. Masyarakat Papua itu looks nya aja yang keras, tapi hatinya lembut hehe
Pertanyaan kedua tentang pelayanan publik, jawaban Pak Ganjar dan Pak Anies relatif mirip kalau yang saya tangkap akan ada super apps gitu. Cuma untuk Pak Anies, lebih jelas, karena ada semacam TAT nya, jadi ada standarisasi pelayanan yang transparan. Ini agak menarik sih, karena apakah bisa untuk diterapkan diseluruh Indonesia? Yah saya memang sudah kembali ke Jawa lagi dari tahun 2019, tapi pengalaman 2 tahun merantau ke luar Jawa dari tahun 2016-2018, membuka mata saya kalau Indonesia sesenjang itu. Apakah super apps ini bisa untuk diterapkan di DTPK? Saya pernah dinas di DTPK, pulau yang ngga ada air bersih, listrik dan signal. Walau info terakhir yang saya dengar, internet udah bisa masuk sih, tapi ya masih belum stabil (kadang warga disana ada aja yang mengirim pesan whatsapp, untuk konsultasi kesehatan). Signalnya aja demikian, yakin masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut bisa mendapatkan pelayanan publik yang setara? Sayangnya karena waktunya cuma 2 menit, jadi kurang tergali deh. Ide dan gagasannya menarik, bakalan oke banget kalau terealisasikan. Saya jujur sangat menunggu langkah konkritnya agar program tersebut terealisasikan. Terutama untuk daerah yang sorry to say, kantor kecamatannya aja cuma buka 1x/tahun, itu pun karena ada kunjungan kerja gubernur. Pegawainya ada, pejabatnya juga ada, tapiii mereka ngga standby. Dan yang seperti itu tuh, ngga cuma 1, ada banyak wilayah kita yang demikian, mengingat Indonesia kan terdiri atas belasan ribu pulau yaa. Memang sih, mungkin jika digabungkan jumlah penduduknya ngga sebanyak jumlah penduduk di Pulau Jawa, tapi bukankah mereka juga warga negara Indonesia? Ah pantas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu ditempatkan diurutan ke 5 dalam sila pancasila.
Pertanyaan ketiga tentang toleransi terus sama tindak kekerasan, jawaban Pak Anies ide HOTMAN PARIS nya menarik sih, setiap warga berhak untuk mendapat bantuan hukum (pengacara gratis), sayang lagi-lagi ini untuk langkah konkritnya kurang tergali karena keterbatasan waktu. Perihal isu ini Pak Prabowo lebih bertanya ke Pak Anies tentang sulitnya izin tempat ibadah. Sayangnya track record Pak Anies, cukup baik sepertinya untuk izin tempat ibadah. Yah berhubung saya pendengar pandji yaa (walau tau sih pandji kan pro Pak Anies ya), tapi tweet sammy not a slim boy tentang izin gereja yg akhirnya disetujui setelah puluhan tahun (kalau tidak salah), cukup bisa jadi bukti kalau Pak Anies ini toleran kok hehe Gimana ya pak, masyarakat udah kadung ngecap bapak radikal sih, agak sulit kayanya untuk menghapus itu. Perlu banyak baca dan lihat data sih, biar menilai Pak Anies secara objektif. Sayangnya masyarakat kita itu agak malas baca dan punya kecenderungan hanya membaca clickbait. Walau kalau liat usaha Pak Anies saat ini, perlu diapresiasi sih hehe video kontennya cenderung nge pop untuk menarik gen Z dan millenials. Yah sayangnya waktunya agak mepet yaa, semoga bisa merubah image ya pak.. Kalau Pak Ganjar lebih menambahkan kalau perlu juga penanaman budi pekerti sejak dini.
Segmen 3, sama seperti seperti segmen 2, pertanyaan pertama tentang korupsi. Pak Ganjar dan Pak Anies kompak setuju dengan disahkannya undang-undang perampasan aset. Walau Pak Anies menambahkan revisi undang-undang KPK dan yang menarik akan diberikan reward bagi yang melaporkan adanya tindak korupsi. Pak Prabowo hanya menanggapi bahwa setuju dengan jawaban Pak Ganjar dan menitikberatkan kalau korupsi harus diberantas sampai ke akar. Pertanyaan kedua tentang pembenahan tata kelola partai politik untuk kembali mendapat kepercayaan rakyat. Jawaban Pak Anies lebih menyoroti kalau rakyat bukan hanya skeptis terhadap parpol, lebih dari itu tapi juga terhadap demokrasi. Indeks demokrasi kita rendah. Perlunya transparansi pembiayaan parpol. Kalau yang saya tangkap, menurut Pak Anies perlu ada regulasi yang mengatur itu, tentunya harus transparan, agar masyarakat kembali percaya dengan parpol. Yang iconic tanggapan Pak Prabowo, yang meng counter dengan "kalau demokrasi kita tidak berjalan tidak mungkin anda jadi gubernur, kalau jokowi diktator anda tidak mungkin jadi gubernur". Pak Ganjar lebih menyoroti pendidikan politik oleh parpol dan kaderisasi. Kembali menjadi panas, ketika Pak Anies kembali membalas, diawali dengan menjadi oposisi sama terhormatnya dengan menjadi penguasa dan ditutup dengan, "Pak Prabowo tidak tahan menjadi oposisi, beliau sendiri menyampaikan, bahwa tidak berada dalam kekuasaan membuat tidak bisa berbisnis, tidak bisa berusaha, makanya harusnya berada dalam kekuasaan. Kekuasaan lebih dari soal bisnis, kekuasaan lebih dari soal uang, kekuasaan adalah kehormatan untuk kedaulatan rakyat". Pertanyaan ketiga tentang apakah setuju bahwa lembaga kekuasaan kehakiman cenderung diintervensi, dan bagaimana langkah untuk menjaga independensi kekuasaan kehakman. Menarik karena Pak Prabowo setuju kalau kehakiman harus independen, harus kuat dan tidak boleh diinterverensi kekuasaan. Ini agak kontradiktif sih, mengingat cara cawapres beliau untuk bisa maju kan kontroversial dan sarat akan adanya dugaan interverensi dari penguasa hehe Sayangnya Pak Ganjar, cara counter nya terlalu halus, dengan menanyakan tanggapan Pak Prabowo tentang isu MK sekarang (padahal di sesi ini setiap capres ngga boleh bertanya, melainkan menanggapi dan sayangnya statement tersebut ngga bisa direvisi). Akan sangat menarik andai Pak Ganjar bilang, "saya setuju dengan statement Pak Prabowo bahwa kekuasaan kehakiman seyogyanya tidak diinterverensi oleh kekuasaan. Sayangnya menurut saya statement Pak Prabowo perihal hal tersebut, nampaknya begitu kontradiktif dengan yang terjadi sekarang, mengingat bukankah bisa majunya cawapres anda sekarang, terindikasi adanya interverensi". Kalau mau panas, bisa sih ditambahkan dengan, "mohon maaf pak, mengapa sepertinya ada inkonsistensi antara statement barusan dengan yang anda lakukan sekarang". Waahhh bakalan double kill sih hehe sayang Pak Ganjar terlalu sopan, sehingga tidak senyinyir itu hehe Untuk tanggapan Pak Anies, nampak fokus dengan jawaban dan menjelaskan visi dan misi yang lengkap. Selain itu, ada persamaan jawaban Pak Prabowo dan Pak Anies, keduanya sama-sama akan memberikan remunerasi dan memperhatikan kesejahteraan penegak hukum, agar tidak mudah disuap. Saya cukup tertarik sih dengan hal ini. Gimana ya pak, manusia itu kan pada dasarnya ngga pernah puas ya, saya rasa mau digaji milyaran pun, peluang korupsi itu bisa tetap ada sih, kalau manusianya ngga punya integritas. Nah sekarang pertanyaannya gimana caranya meningkatkan integritas penegak hukum?
Segmen 4, antara capres saling melemparkan pertanyaan. Pertanyaan Pak Ganjar di sesi 3 ke Pak Prabowo, dipertegaskan oleh Pak Anies. Menarik karena Pak Prabowo banyak mengeluarkan diksi dan statement yang besar kemungkinan menggaet hati gen Z. "sorry yee, sorry yee" yakin bakalan jadi meme sih dan viral di tiktok atau "kita bukan anak kecil Mas Anies" atau "saya tidak takut tidak punya jabatan Mas Anies" atau "saya tidak punya apa-apa, saya sudah siap mati untuk negara ini". Pak Anies menanggapi dengan elegan sih, suka dengan statement, "fenomena ordal adalah hal yang menyebalkan". Pertanyaan dilanjutkan dari Pak Prabowo ke Pak Ganjar seputar lapangan pekerjaan. Jawaban Pak Ganjar normatif, sama seperti sebelumnya, membuka ruang investasi yang cukup besar serta peningkatan kualitas SDM dengan sekolah vokasi. Pak Ganjar bertanya seputar IKN ke Pak Anies, kalau yang saya tangkap dari jawaban Pak Anies ada hal yang lebih urgent dari IKN.
Segmen 5, itu lanjutan dari segmen 4, jadi polanya sama. Dibuka dengan Pak Prabowo bertanya ke Pak Anies, seputar anggaran DKI yang triliunan tapi polusi di DKI parah banget, bahkan sering jadi tertinggi di dunia. Saya cukup paham sih dengan statement Pak Anies, analoginya angka COVID yang rendah karena ga punya alat testing, itu maksudnya kenapa polusi di DKI tinggi karena disana di tes, (mungkin) daerah sekitar DKI polusinya lebih tinggi lagi, tapi karena ga punya alat pendeteksi tingkat polusi, jadi ngga terdeteksi. Walau statement Pak Anies yang seperti 'menyalahkan' angin, itu lumayan sasaran empuk buat diserang hehe Gimana ya pak, karena tragedi kanjuruhan kemarin yang menjadikan angin sebagai kambing hitam, denger gara-gara angin itu bikin ilfeel sih. Saya sebenarnya cukup paham, kalo tingginya polusi di DKI, imbas dari kawasan industri di daerah penyangga ibukota, dan karena angin bertiup, jadi 'numpuk' lah polusinya di Jakarta. Sama kasusnya kaya banjir kiriman dari Bogor. Tapi harusnya to the point aja kalau polusinya karena kawasan industri di sekitar DKI, bukan dari dalam DKI nya. Apa sudah terjadi peningkatan jumlah pabrik baru di kawasan tersebut dibandingkan let say 10 th sebelumnya, izin AMDAL nya gimana, sayang di awal kaya terkesan nge-highlight angin. Orang yang mendengarkan sampai akhir akan paham, tapiii kebiasaan masyarakat kita kan cuma mendengarkan prolog nya aja. Pertanyaan yang selalu menjadi momok bagi Pak Prabowo seputar pelanggaran HAM ditanyakan oleh Pak Ganjar. Iconic ketika Pak Prabowo mengeluarkan diksi "come on Mas Ganjar". Ditutup dengan pertanyaan Pak Anies ke Pak Ganjar perihal tragedi kanjuruhan dan KM 50.
Segmen terakhir, closing statement dari setiap capres. Well saya recaps yaa kesan saya terhadap setiap capres.. Nonton debat kemarin, bikin saya flashback ke masa SMA jaman pemilihan ketua OSIS. Kalau saya boleh mengibaratkan:
- Capres 1: pinter banget, anak IPA 1 (kelas IPA unggulan), juara olimpiade matematika
- Capres 2: repeater, keluarganya donatur, popular di sekolah
- Capres 3: anak IPS 1 (kelas IPS unggulan), ketua ekskul pramuka atau pasus
Menurut saya yang akan menang nanti yang sesuai dengan trend di social media saat ini. Kalau dilihat pola yg viral sekarang itu kalau ngga kosong, tukang marah-marah atau absurd sekalian. Tanpa bermaksud mendiskreditkan, yang terkenal sekarang itu kan kaya Vior, Catheez, Meyden, Livy yang memang di branding 'kosong'. Bahkan Eca pun pas awal branding nya demikian hehe walau kalau saya lihat makin kesini ngga segitunya yaa. Anaknya tampak mau untuk belajar. Atau yang brandingnya suka marah-marah kaya Rigen hehe atau absurd kaya Rispo, Dustin sama Ebel. Saat ini masyarakat sepertinya lagi suka yang seperti itu, ditambah lagi pemilih sekarang >50% Gen Z dan Millenials, peluang yang akan terpilih sesuai dengan trend cukup besar sih.
Hmmm semoga pemilih kita bisa lebih bijak dalam memilih. Biasakan untuk mencari track record nya, membaca programnya, relevan kah untuk diterapkan di Indonesia. Jujur agak miris ketika ada yang bilang kalau ngga penting ide dan gagasan, yang penting itu kerja nyata. Hmmm masyarakat kita terbiasa ga punya blueprint sih ya. Padahal ide dan gagasan itu penting loh buat bikin pedoman.
Well ngga sabar untuk lihat ronde berikutnya debat antar cawapres. Kalau diterawang sih kayanya yang akan jadi man of the match di ronde 2, Prof Mahfud ya, but we will see. Btw untuk man of the match ronde 1 ini kalau menurut pendapat saya sih Pak Anies, menjawab sesuai konteks, statement tajam, emosi stabil. Tapi siapapun yang akan terpilih di 14 Februari nanti, semoga bisa membawa Indonesia untuk lebih baik lagi aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar