Kemarin saya melihat closing ceremony asian games 2018 di layar kaca. Ini atas arahan salah satu kawan, mengingat opening ceremony kemarin yang katanya begitu luar biasa. Saya memang tidak melihat opening ceremony kemarin dikarenakan puskesmas keliling. Sempat deg-deg-an, karena Indosiar dan SCTV mendadak blank. Takut seperti tayangan pertandingan asian games yang tidak bisa kami saksikan. Efek parabola mungkin.
Waktu menunjukkan Pk 20.00 WITA, kami mencoba memindahkan channel ke NET Tv. Syukurlah ternyata channel tersebut tidak ikut dibuat blank.
Diawali persembahan marching band dari angkatan bersenjata Republik Indonesia. Terjalin kerjasama apik antara TNI-Polri, bagi warga sipil seperti saya, itu pemandangan yang cukup bikin adem. Setelah itu, dilanjutkan dengan parade atlet, pelatih, official team sampai volunteer yang masuk dalam satu lingkaran besar. Mungkin tujuannya untuk memperlihatkan kepada pemirsa, semuanya bersatu untuk memeriahkan asian games, semuanya pun tampak bahagia tampil di penutupan asian games dan pada akhirnya semuanya adalah pemenang.
Semuanya berjalan sebagaimana mestinya, sampai disaat penyerahan obor dan bendera asian games ke tuan rumah berikutnya. Bagi saya tindakan tersebut sampai disini tidak begitu masalah. Menjadi membuat saya tergelitik kala bendera tuan rumah berikutnya dikibarkan disatu tiang panjang utuh. Kok saya jadi sedih ya? Apa memang suatu keharusan mengibarkan bendera tuan rumah berikutnya disetiap upacara penutupan asian games? Ini yang tidak saya ketahui. Nanti mungkin jika sampai di kota, saya akan lihat closing ceremony asian games 2014 di Incheon. Apakah merah putih kala itu pun berkibar dengan begitu gagahnya di Korea Selatan? Kalau memang hal tersebut merupakan tradisi, ya apa boleh buat. Toh kasarnya bendera kita juga pernah berkibar di satu tiang panjang utuh, dikibarkan dan disaksikan oleh bangsa lain (dalam hal ini Korea Selatan). Tapi jika tidak sampai sebegitunya, jujur saya cukup kecewa.
Ini bukan karena bendera China yang berkibar ya. Saya tidak diajarkan untuk se-rasis itu. Andai yang berkibar bendera Saudi Arabia pun, saya akan sama sedihnya. Karena bagi saya pengibaran bendera itu adalah sesuatu yang sakral. Itu menyangkut kedaulatan. Ketika kita mengibarkan bendera negara lain, berarti kita mengakui negara tersebut. Rasanya seperti terjajah kembali.
Saya jadi ingat tragedi di Surabaya, kala prajurit kita menerobos Hotel Yamato, lalu merobek kain biru yang ada di Bendera Belanda dan menggantinya menjadi merah putih. Rasanya perjuangan para pahlawan tersebut menjadi sia-sia.
Tapi apapun itu saya cukup mengapresiasi pihak penyelenggara. Terimakasih karena telah membuat acara yang begitu luar biasa. Menciptakan citra positif Indonesia di mata dunia. Terimakasih.
Akhir kata, mohon maaf apabila tulisan saya menyinggung pihak-pihak tertentu. Sungguh saya tidak ada maksud untuk itu. Ini semua hanya sebatas opini pribadi.
Yuk ah ces dulu biar ga slek! 😉
*NB : udah ngecek closing ceremony di Incheon kemarin. Dan agak sedikit kecewa karena bendera kita dipasangnya kok jadi vertikal gitu ya. Entah pengaruh angin atau posisi kamera. Terus kenapa kemarin kita ga ngikutin gaya korsel aja yaa.. Jadi walaupun mengibarkan bendera negara lain, disampingnya tetap berdiri kokoh bendera bangsanya sendiri. Yaa mungkin lebih ke alasan teknis atau mungkin kurang lahan ya. Walau hal yang menyangkut harga diri suatu bangsa itu, ga sepatutnya dianggap remeh sih.. IMHO loh yaa 😅
Tidak ada komentar:
Posting Komentar